Tiga Macam Teman Dalam Islam

BUKAN hanya manusia saja yang menjadi teman manusia, melainkan ada hal lain di dunia yang menjadi teman manusia dan salah satunya akan membawa ke sorga.Tiga teman itu adalah keluarga, harta dan amal perbuatannya. Ketiga hal ini disebut sebagai teman karena keberadaanya dibutuhkan manusia.

Seperti keluarga, yaitu orang-orang yang berada dalam ikatan kekerabatan, masih memiliki hubungan darah, atau disatukan oleh ikatan pernikahan. Yang menjadi inti dari keluarga adalah ayah, ibu, istri/suami dan anak. Dalam prakteknya, orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki syarat-syarat sebagai keluarga bisa “dianggap” atau acap kali “diklaim” sebagai keluarga.

Sedangkan harta adalah segala bentuk benda atau materi yang secara hukum diakui secara sah kepemilikannya. Harta dipandang sebagai teman manusia karena keberadaannya dibutuhkan, dicari dan “dapat dimintai tolong” untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Adapun amal adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar serta memenuhi syarat kecakapan secara hukum (mukallaf atau tertaklif hukum).Dalam hukum agama kita mengenal dua macam amal; amal baik dan amal buruk). Amal baik akan dibalas dengan pahala, sedangkan amal buruk dibalas dengan siksaan atau azab.

Dari ketiga macam teman tersebut, kata Rasulullah SAW ternyata hanya satu yang benar-benar teman setia, karena ia tidak hanya menemani kita ketika hidup, namun juga akan terus menemani kita sampai mati. Yang satu hal itu adalah amal perbuatan manusia.

Nabi Saw bersabda: “Yang mengikuti mayat sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari).

Firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun: 9).

Berbeda dengan keluarga dan harta yang hanya akan menyertai dan menemani kita pada saat kita hidup, amal akan terus menerus mendampingi kita dengan setia sampai pada mahsyar, saat di mana kita akan menghadapi pengadilan Allah.

Firman Allah: “Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqoroh: 197).

Firman Allah: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Wahai Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat beramal shalih yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (alam barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al-Mukminun: 99-100).

Ya, keluarga hanya akan menyertai dan menemani kita sampai jasad kita dibaringkan ke dalam liang lahat. Setelah jasad kita ditutup tanah dengan sempurna, keluarga kita akan beranjak meninggalkan kita dalam kesendirian. Sebesar apapun cinta mereka, tidak akan ada seorangpun yang akan terus menerus duduk menemani di pinggir kuburan untuk menemani.

Sedangkan amal, ia akan terus menemani manusia dengan setia. Saat di dalam kubur, amal-amal semasa hiduplah yang menentukan mampu tidaknya kita menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Amal pula yang akan menentukan apakah saat menjalani fase kehidupan di alam kubur guna menunggu datangnya hari kiamat, kita akan memperoleh kenikmatan atau justeru siksa.**/SS

x

Check Also

Kepemimpinan Itu Bukan Jalan Hidup Lelaki Biasa

Dalam alam demokrasi di Indonesia saat ini kepemimpinan erat kaitannya dengan politikus. karena jalur cepat ...