Dari Air Tiris Hingga Mesir, Inilah Perjalanan Hidup Sofyan Siroj

  • Desa Sentul, Air Tiris, Kabupaten Kampar, Riau.Dia anak kedua dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Wahab, dan sang ibu bernama Siti Khadijah.
  • Sang ayah adalah aktivis Muhammadiyah yang berprofesi sebagai pedagang karet. Dia begitu disiplin dalam berbagai hal agama, terutama dalam salat. Sedangkan sang ibu menganut pemahaman persatuan tarbiyah atau biasa disebut Parti. Keberadaan sang ibu begitu melengkapi pemikiran Sofyan Siroj sejak dini.
  • Terjun ke dunia politik merupakan cara efektif untuk mengatasi persoalan umat (rakyat). Sejatinya setiap muslim adalah politisi. Politik merupakan bagian dari Islam dan tak bisa dilepaskan dalam pandangan Islam yang benar bahkan itu dilakukan oleh Rasululla dan pemimpin-pemimpin Islam terdahulu.
PEKANBARU – Senyum sumringah menghiasi raut muka Sofyan Siroj saat menyambut kedatangan bertuahpos di sebuah restoran di Jalan Sudirman, Pekanbaru. Di hadapannya sudah terhidang menu makanan. “Saya baru duduk makan. Silahkan,” ujarnya sambil tersenyum. Siang itu, Kamis, 5 September 2019 dia panjang lebar bercerita tentang perjalanan hidupnya ambil menikmati makan siang.
Sofyan Sirot merupakan Anggota DPRD Provinsi Riau untuk periode 2019-2014. Dia berhasil meraup suara banyak untuk Dapil Pekanbaru dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), pada saat Pemilu serentak pada April lalu. PKS sendiri berhasil mengumpulkan tujuh kursi di DPRD Provinsi Riau.
Sambil menikmati suapan nasi, Sofyan mengawali cerita hidup dari tempat kelahirannya di Desa Sentul, Air Tiris, Kabupaten Kampar, Riau.Dia anak kedua dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Wahab, dan sang ibu bernama Siti Khadijah.
Sang ayah adalah aktivis Muhammadiyah yang berprofesi sebagai pedagang karet. Dia begitu disiplin dalam berbagai hal agama, terutama dalam salat. “Kalau soal salat, tak bisa ditawar-tawar. Itu selalu diulang-ulang (diingatkan) kepada saya,” ujarnya.
Selain disiplin dengan waktu salat, ayahnya juga sangat menekankan kebiasaan makan bersama. Kedua hal ini seakan-akan agenda wajib sehari-hari.
“Bahkan kalau saya bawa teman kerumah selalu di tanya, ‘Teman kamu salat nggak? Kalau nggak salat jangan main sama dia,” sambung dia. Pendidikan tentang ibadah salat ini betul-betul mendapat perhatian khusus dari sang ayah. Beberapa teman-teman kecil Sofyan Siroj yang mengabaikan salat bahkan dilarang main ke rumah.
Sedangkan sang ibu menganut pemahaman persatuan tarbiyah atau biasa disebut Parti. Keberadaan sang ibu begitu melengkapi pemikiran Sofyan Siroj sejak dini. Cara pandang, dan pola pikir ibunda sangat membantu dirinya untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan sejak dia masih kecil.
“Saya tinggal dengan orang tua saya sampai saya tamat SMP, setelah itu saya melanjutkan ke Pondok Pesantren DARUSSALAM Gontor Ponorogo Jawa Timur ujarnya.
Dampak pengaruh Pendidikan di kampungnya SDN 009 dan MTS Desa Sawah serta SMP Filial Air Tiris, dimana terdapat pendidikan Surau dan Masjid untuk Mengaji Al-Quran dan Ceramah rutin, turut mempengaruhi dan menanmbah semangatnya untuk mendalami Agama Islam. Hal ini mendorongnya untuk memutuskan untuk belajar ke Pondok Modern Gontor Darussalam.
Disinilah mentalitas kemandiriannya kian kokoh, karena di pondok ini mengajarkan secara riil makna kehidupan, keikhlasan, kesederhanaan, berdikari atau kemandirian ukhuwah Islamiyah dan jiwa bebas.
Setelah meyelesaikan pendidikan di Ponpes Gontor, Sofyan tinggal di Pekanbaru. Di tahun 1988 hingga 1989 adalah masa tugas pengabdian di ponpes Al-Kautsar di Kulim Pekanbaru sekaligus sebagai pimpinan.
Pada akhir tahun 1989 dia dapat beasiswa al-Azhar University cairo Mesir dan kesempatan untuk menimba ilmu dan pendidikan di Al-Azhar. Saat itu, dari Riau ada dua orang yang diberi kesempatan mengenyam pendidikan ke negeri piramid itu, Sofyan Siroj dan ustaz Mustafa Umar. ungkapnya.
Saat tahu, anaknya dapat beasiswa ke Mesir, perasaan ayahnya bercampur aduk antara bahagia dan sedih. Ayahnya bahagia karena keinginan sang anak untuk melanjutkan pendidikan bisa terpenuhi. Namun di sisi lain, ayahnya merasa sedih, karena sebagai kepala keluarga tidak bisa memberikan hal lebih untuk mendukung itu.
Dengan jiwa besar, Sofyan Siroj memberikan pengertian kepada orang tuanya bahwa dia membutuhkan doa dan tidak berharap materi. “Saya bilang ke ayah kalau semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir, untuk sebuah kebaikan pasti selalu ada jalan. Dan saya tidak pernah mengeluh,” ungkapnya.
Saat hari keberangkatan, semua pelajar yang akan diberangkatkan ke Mesir berkumpul di Kantor Kementeria Agama RI. Ketika itu, Sofyan hanya membawa sebuah koper kosong saat ingin terbang ke Jakarta. Di dalam pesawat ssat akan berangkat menuju jakarta Bandara SSK II Pekanbaru dia bertemu dengan Gubernur Riau, Suripto. Dengan penuh keberanian dia menghampiri Suripto untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud.
“Saya salam dia (Gubernur Riau), walaupun sempat dilarang oleh ajudannya. Saya salam dia,” ujanya.
“Siapa ya?” tanya Suripto
“Saya Sofyan mahasiswa Riau yang dapat beasiswa ke Al-Azhar, Pak.”
“Oh, saya dah tahu. Nanti tunggu saya di bagasi Bandara Soekarno Hatta, dan masukkan bagasi dalam mobil serta berangkat sama saya untuk menginap di gedung perwakilan pemda Riau di Otista ya,” sahut Suripto.
Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, Sofyan Siroj sudah ditunggu oleh ajudan Gubernur Riau dan dia diberi fasilitas untuk kebutuhan keberangkatannya ke Mesir.
Di Al-Azhar, Sofyan Siroj mengambil Fakultas Ushuluddin Jurusan al-Hadits hingga agustus tahun 1995. Lepas dari kuliah dan sesampai di Riau,tepatnya hari jumat 15 Oktober 1995 Sofyan Siroj melaksanakan pernikahan dengan ustazah Nurzakiah kemudian berselang satu bulan kemudian berangkat untuk mengajar di Makhad Al-Hikmah, juga Al-Qudwah dan Ar-Risalah di Jakarta dan Depok. Selanjutnya, tahaun 1997 pula g ke Riau kemudian menjadi dosen tetap di UIR dan diminta menjadi imam besar masjid kampus, serta merintis SDIP (SD Islam Plus) sekaligus sebagai kepala sekolah.
Tahun 1999 berhenti menjadi dosen karena diamanahi menjadi Ketua DPD Partai Keadilan (PK) Kota Pekanbaru. Tahun 2000 menjadi satu-satunya, Anggota Legislatif PK di DPRD kota Pekanbaru yang saat itu bergabung dengan fraksi Reformasi. Usai mengemban amanah sebagai anggota dewan, Sofyan Siroj mendirikan beberapa pondok pasantren dan badan usaha dan mengembangkan program pengembangan diri untuk berbagai kalangan.
Alhasil, dia sering diminta menjadi pembicara dari berbagai kalangan, dan tak jarang menjadi konsultan keluarga dan perusahaan, hingga ikut membenahi berbagai institusi dalam hal pengembangan karakter.
Di Tahun 2008 mendirikan Qolbu Re-engineering (QR) Foundation yakni suatu institusi yang bergerak dalam bidang dakwah profesional dilingkungan perkantoran, bidang dakwah profesional dilingkungan perkantoran, kampus dan perusahaan dengan fokus kerja pengembangan SDM dan kewirausahaan.
Selain di bidang sosial Sofyan Siroj juga piawai dalam mengelola beberapa perusahaan, sebagai komisaris utama PT. Talbia Riau Rabbani dari tahun 2000 sampai sekarang, Komisaris PT Alomoda Trust Successindo tahun 2009 sampai sekarang.
Pada tahun 2015 Sofyan Siroj kembali di Amanahi sebagai Ketua DPD PKS Kota Pekanbaru periode 2015-2020, dan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Riau Dapil Pekanbaru periode 2019-2024, dengan tiga program unggulan yang diberinya tagline “ESQ” Ekonomi Kreatif, Smart City untuk Riau Madani dan Qur’an Society
Dia berfikir dengan terjun ke dunia politik merupakan cara efektif untuk mengatasi persoalan umat (rakyat). Sejatinya setiap muslim adalah politisi. Politik merupakan bagian dari Islam dan tak bisa dilepaskan dalam pandangan Islam yang benar bahkan itu dilakukan oleh Rasululla dan pemimpin-pemimpin Islam terdahulu.
Ekonomi Kreatif, yang digalakkan yakni dengan mengedepankan konsep teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan dunia saat ini menuntut masyarakat untuk berdampingan dengan teknologi. “Dulu bayar tol pakai karcis, sekarang cukup dengan card. Termasuk transaksi lainnya. Potensi ekonomi seperti itulah yang akan di kedepankan,” ungkapnya.
Sedangkan Smart City Madani, yakni mendorong ke arah pembangunan yang modern, memudahkan masyarakat dalam segala akses, friendly, tanpa mengabaikan konsep-konsep keislaman dan kemelayuan.
Semua itu akan dilengkap dengan konsep Quran Society, dengan memadukan kemelayuan dan quran. “Satupun dari Gurindam 12 itu tak ada yang bertentangan dengan Al-Quran. Melayu sangat mengedepankan prinsip bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah. Semua itu ada dalam satu kesatuan yang utuh,” kata Sofyan Siroj.
“Tiga Program ini merupakan simpulan modal dasar untuk menjadikan Riau Lebih baik, gemilang, cemerlang dan terbilang, mewujudkan negeri Melayu yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” tegas Sofyan.
x

Check Also

Kepemimpinan Itu Bukan Jalan Hidup Lelaki Biasa

Dalam alam demokrasi di Indonesia saat ini kepemimpinan erat kaitannya dengan politikus. karena jalur cepat ...