Saudaraku,
Dunia ini adalah ajang perlombaan bagi semua orang. Ada yang mempertaruhkan hidupnya untuk mengumpulkan harta kebendaan sebanyak mungkin. Berjuang mati-matian meningkatkan status kehormatan sosial, sikut sana sini untuk meraih jabatan dan kuasa.
Marilah kita bertanya, hal apakah yang paling berharga dalam kehidupan dunia yang fana ini? Menjadikan hidup kita bermakna? Di hadapan manusia dan Rabb kita? Sudah luruskah orientasi hidup kita sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT?
Orientasi manusia dalam kehidupan di dunia ini menurut Dr Sholah Abdul Haq ada 4 kategori besar, yaitu :
Pertama, Orientasi pada kesenangan dunia dan makanan. Kedua, Berorientasi pada perhiasan dan performance. Ketiga, Berorientasi pada membuat kerusakan dan kriminalitas. Keempat, Berorientasi untuk mendapatkan petunjuk Allah SWT dan memberikan kemanfaatan pada semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.
Saudaraku,
Mari kita Simak kisah Tsa’labah Bin Haathib yang bercita-cita ingin kaya lalu mendatangi Rasulullah SAW minta didoakan kaya. Di dalam pemikirannya ia berkata,”Ketika kaya nanti ingin lebih rajin beribadah.” Namun kenyataannya, Tsa’labah bukan bertambah taat. Justru harta melupakan dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia sibuk dengan kambingnya.
Apa yang salah saudaraku? Standar kebahagiaan. Standar kebahagiaan Tsa’labah adalah harta kebendaan. Standar kebahagian seorang mukmin adalah takwa. Takwa adalah keterikatannya dengan hukum Allah SWT. Maka siapa yang paling takwa ia adalah orang yang paling mulia. Tanpa membandingkan kaya-miskin, level profesi, nasab dan standar kehormatan lainnya secara duniawi.
Sebanyak apapun prestasi keduniaan yang ia peroleh, tapi melanggar hukum Allah SWT. Melanggar syariat Allah, tiada bernilai di sisi Allah SWT. Karena kehidupannya sudah melenceng, menyimpang. Disorientasi.
Saudaraku,
Hari-hari seorang mukmin itu semuanya indah dan mulia jika terkait dengan syariat Allah SWT. Mulai dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Dia makan tak sekadar makan tapi untuk menguatkan beribadah kepada Allah SWT. Berpakaian bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk menutup aurat dan tanda ketundukan kepada syariat Allah SWT.
Menuntut ilmu bukan untuk menjadi terpandang di hadapan Masyarakat, lalu mendapatkan kedudukan yang tinggi. Bukan. Melainkan untuk amar makruf nahi munkar, menjalankan kebenaran dan menegakkan agama Allah. Sehingga aktivitas ilmunya bernilai pahala di hadapan Allah SWT, Lelah dan keringatnya bekerja di nilai Ibadah untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Dari Zaid bin Tsabit RA, ia mendengar, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ahmad)