LEBAH merupakan salah satu hewan yang istimewa, karena disebut dalam Al-Quran. Surah ke-16 dalam Al-Quran dinamakan dengan surat an-Nahl yang berarti lebah. Lantas, apa yang membuat hewan tersebut begitu istimewa dalam Al-Quran?
Ilmuwan Islam Harun Yahya dalam bukunya Keajaiban Lebah mengatakan, lebah adalah makhluk yang bisa lebih hebat dari pakar matematika sekali pun. Seperti halnya lebah madu yang hidup sebagai koloni dalam sarang mereka.
Mereka mampu membangun sarang dengan sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kantung berbentuk heksagonal atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu.
Sarang yang berbentuk heksagonal merupakan cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sesedikit mungkin, yakni dengan membuat dinding berbentuk heksagonal. Kesimpulan ini dihasilkan setelah melakukan pengkajian perhitungan yang panjang dan rumit.
Selain soal arsitek bangunan yang hebat, kerja sama antarsesama lebah juga sangat mengagumkan. Ini yang patut dipelajari manusia dari lebah. Untuk mengisi kantung-kantung lebah tersebut dengan madu, lebah harus mengumpulkan nektar, yakni cairan manis pada bunga. Ini termasuk tugas yang sangat berat.
Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga. Mendapatkan bunga-bunga ini pun merupakan pekerjaan berat tersendiri. Oleh karenanya, koloni lebah memiliki sejumlah lebah pemandu dan lebah pencari makan.
Pertanyaannya, bagaimana lebah pencari makan tersebut menemukan bunga di wilayah yang begitu luas? Kemudian, bagaimana mereka bisa kembali ke sarang mereka tanpa tersesat?
Harun Yahya menerangkan, ketika seekor lebah telah menemukan sumber bunga maka tugas berikutnya dari lebah pemandu ini, yaitu untuk kembali ke sarang dan memberitahu lebah-lebah lain tentang lokasi di mana ia menemukan kumpulan bunga tersebut.
Sesampai di sarangnya, ia membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit nektar yang ia bawa. Ini penting untuk memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Lalu bagaimana ia memberitahukan rekannya, sedangkan lebah tidak bisa bersuara?
Lebah tersebut menjelaskan tempat yang dituju dengan cara melakukan tarian. Lebah pemandu mulai menari di tengah-tengah sarang dengan menggoyangkan badannya. Tarian inilah yang menjadi kode mengenai informasi lokasi sumber bunga.
Misalnya, jika tarian berupa garis lurus ke arah bagian atas sarang maka sumber makanan tepat mengarah ke arah matahari. Jika bunga berada pada arah sebaliknya, lebah akan membuat garis ke arah tersebut. Jika lebah menari ke arah kanan maka ini menunjukkan bahwa sumber bunga berada tepat 90 derajat ke arah kanan.
Tetapi ada satu pertanyaan, lebah menjelaskan arah tersebut berdasarkan posisi matahari, padahal posisi matahari terus berubah. Setiap empat menit matahari bergeser satu derajat ke barat, faktor yang mungkin menurut anggapan orang diabaikan lebah dalam penentuan arah ini.
Tapi, pengamatan menunjukkan bahwa lebah-lebah ini juga memperhitungkan pergerakan matahari. Ketika lebah pemandu memberitahu arah lokasi bunga, dalam setiap empat menit sudut yang mereka beritahukan juga bertambah satu derajat ke barat. Berkat perhitungan yang luar biasa ini, para lebah tidak pernah tersesat.
Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga jarak ke tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran memberi petunjuk kepada lebah-lebah lain tentang jarak ini secara akurat. Mereka membawa perbekalan sari-sari makanan yang sekadar cukup untuk menempuh jarak ini, kemudian memulai perjalanan.
Perilaku mengagumkan dari para lebah itu telah diuji dalam sebuah penelitian di Kalifornia. Dalam penelitian ini, tiga wadah berisi air gula diletakkan di tiga tempat yang berbeda.
Sesaat kemudian, lebah-lebah pemandu menemukan sumber makanan tersebut. Lebah pemandu yang mendatangi wadah pertama diberi tanda titik, yang mendatangi wadah kedua ditandai dengan garis, dan yang mendatangi wadah ketiga diberi tanda silang.
Beberapa menit kemudian, lebah-lebah dalam sarang tampak mengamati dengan cermat para lebah pemandu ini. Para ilmuwan lalu memberi tanda titik pada lebah-lebah yang mengamati lebah pemandu bertanda titik dan demikian halnya, mereka juga memberi lebah-lebah lain tanda yang sama dengan yang ada pada lebah pemandu yang mereka amati.
Beberapa menit kemudian, lebah-lebah bertanda titik mendatangi wadah pertama, yang bertanda garis tiba di wadah kedua, dan yang bertanda silang di wadah ketiga. Jadi, terbukti bahwa lebah-lebah dalam sarang menemukan arah berdasarkan informasi yang sebelumnya telah disampaikan oleh lebah-lebah pemandu.
Inilah salah satu pelajaran yang ingin disampaikan Alquran agar manusia bisa belajar dari serangga kecil bernama lebah. Segala kepintaran lebah yang luar biasa tersebut merupakan ilham dari Allah SWT.
Seperti difirmankan Allah, “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan. (QS an-Nahl [16]: 68-69).
Banyak hikmah yang bisa diambil dari lebah. Di antaranya, sifat gotong royong dan bekerja keras. Mereka hidup dalam suatu tatanan organisasi yang sangat disiplin dan tertib. Tiap-tiap lebah mempunyai kesadaran diri untuk mencapai prestasi seoptimal mungkin sehingga kelangsungan dan kesanggupan membentuk koloni sangat kuat. Ini sesuai dengan perumpamaan persatuan umat Islam yang digambarkan Alquran.
Selain itu, lebah hanya makan dari sesuatu yang baik. Tidak seperti serangga lainnya yang memamah kotoran. Sebab itulah, ia juga menghasilkan sesuatu yang baik pula. Madu yang dihasilkan lebah merupakan minuman terbaik yang menjadi kegemaran Rasulullah SAW sendiri.
Di samping itu, lebah tidak menjadi ancaman bagi lingkungannya selama ia tidak diganggu. Ketika eksistensinya terancam, barulah lebah secara jantan membela kehormatannya. Sengatannya yang sangat mematikan dapat melumpuhkan siapa saja.
Demikianlah perumpamaan wala’ wal bara’ yang mensyifati orang mukmin saling berkasih sayang sesamanya dan keras terhadap orang kafir yang mengganggu mereka (QS Ali Imran [3]: 159-160).***/rol