UMAT Islam itu ibarat satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang sakit, tentu seluruh tubuh juga akan merasakan sakit. Begitulah persatuan umat Islam yang diibaratkan oleh Nabi SAW: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim).
Tolong menolong juga diperintahkan Allah SWT dan merupakan sebuah kebaikan dan taqwa. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(Qs. Al-Maidah : 2)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Ketika saudara kita sedang diuji oleh Allah Ta’ala dalam sebuah bencana, seperti di gempa di Palu dan Donggala, seberapa sakitkah rasa yang kita alami, melihat saudara-saudara kita mengalami kesulitan hidup di tenda-tenda pengungsian? Bukankah mereka juga bagian dari tubuh kita? Lalu apa yang telah kita lakukan untuk mereka?
Tentunya juga harus diingat, aktivitas tolong menolong tidak bebas nilai, Allah sudah menetapkan aturan Nya. Yang diperintahkan adalah hanya tolong-menolong dalam kebaikan dan Taqwa, dan tidak ada tolong-menolong dalam pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah. Dengan demikian, hendaknya seorang mukmin melakukan aktivitas tolong-menolong dengan senantiasa mengikatkannya pada aqidah dan hukum Islam.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Menolong saudara mukmin yang sedang tertimpa musibah memiliki pahala yang cukup besar dalam Islam. Ia menjadi salah satu amalan yang dicintai oleh Allah. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW menyampaikan, yang artinya: “Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya.” (HR. Thabrani)
Bahkan dalam riwayat lain, Allah Ta’ala menjadikan rasa kasih sayang yang diberikan seseorang terhadap saudaranya, menjadi ukuran turunnya kasih sayang dari-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya hanya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,” (HR. Bukhari-Muslim)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Selain itu, melalu lisan Rasulullah SAW, Allah Ta’ala juga menjanjikan bahwa pertolongan-Nya akan senantiasa menyertai orang mukmin yang menolong saudaranya. Tidak hanya di dunia, bahkan di hari kiamat kelak, ketika semua manusia terhimpit dengan kesusahan yang begitu dahsyat, Allah Ta’ala akan datang menolongnya.
Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)
Ibnu Rajab al-Hambali dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menjelaskan maksud dari al-Kurbah atau kesempitan ialah beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih. Sedangkan maksud meringankan di sini adalah usaha untuk meringankan beban tersebut dari penderita.
Sedangkan at-tafriij adalah usaha untuk menghilangkan beban penderitaan dari penderita sehingga kesedihan dan kesusahannya sirna. Balasan bagi yang meringankan beban orang lain ialah Allah akan meringankan kesulitannya. Dan balasan menghilangkan kesulitan adalah Allah akan menghilangkan kesulitannya.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Karena itu, seorang Muslim hendaknya berupaya untuk membantu meringankan atau menghilangkan kesulitan muslim lainnya. Banyak jenis kesulitan yang dialami manusia, maka banyak pula cara untuk menolongnya. Jika saudara kita mengalami kesulitan untuk memenuhi hajat hidupnya, seperti makan, minum dan pakaian maka cara menghilangkan kesusahannya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka.
Sebab sejatinya, ketika kita menolong mereka, sesungguhnya kita sedang menolong diri kita sendiri. Di akhirat, alangkah butuhnya kita akan pertolongan Allah agar terlepas dari kehausan, kelaparan maupun panasnya terik yang menyengat badan.
Bukankah tak ada lagi harta dunia kita yang bisa dibawa untuk memenuhi kebutuhan di akhirat, selain harta yang telah kita sedekahkan? Kemana lagi kita akan mencari makan, mendapatkan minuman, menikmati buah-buahan, pakaian dan tempat tinggal? Tak ada lagi yang bisa memberi pinjaman atau mengirimkan bantuan selain Allah. Pertolongan Allah itu akan datang jika di dunia kita sudi membantu saudara kita yang kesulitan.
Rasulullah bersabda: “Dan Allah senantiasa menolong hamban-Nya selagi hamba itu sudi menolong saudaranya.” (HR Muslim)
Karena itu, marilah kita terus berupaya agar senantiasa berada dalam pertolongan Allah dengan menolong saudara kita.***/SS