Kendalikan Amarahmu

SEBAGAI manusia, menjadi sebuah kewajaran jika suatu saat diri tidak bisa mengendalikan kemarahan, oleh sebab tertentu. Bahkan Rasulullah SAW pun punya rasa marah. Seperti sabdanya: “Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah.”

Tetapi amarah perlu dikendalikan, agar tidak menjadi penyebab sesuatu yang buruk akan terjadi. Allah juga tidak suka dengan manusia pemarah. Seperti firmanNya: “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).

Artinya, Allah suka hambaNya yang bisa menahan marah, mengendalikan emosi. Karena itu Rasul SAW pun memberikan beberapa resep agar manusia bisa mengendalikan amarahnya.

Sabda Rasulullah SAW: “Marah adalah (ibarat) batu yang dinyalakan dalam hati. Tidakkah kalian melihat menggelembungnya urat leher dan memerahnya kedua mata orang yang sedang marah? Jika salah satu dari kalian mengalami kondisi seperti itu, jika sedang berdiri, duduklah, dan jika sedang duduk, berbaringlah. Jika amarah itu belum hilang juga, maka berwudhulah dengan air dingin dan mandilah, karena api tidak dapat dipadamkan kecuali dengan air” (HR Tirmidzi).

Tentu butuh tempaan waktu dan ikhtiar terus-menerus untuk bisa mengelola diri. Tetapi dia tidak datang begitu saja,elainkan harus dilatih, melalui upaya menyingkronkan kembali raga dengan sanubari, otak dan tubuh, ucapan dan tindakan, serta pikir dan zikir.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah”

Maka hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetapi kerena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka mereka pun selalu mampu meredam kemarahan mereka karena Allah Ta’ala.

Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar, karena ucapan dan perbuatannya tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya.

Inilah arti sikap adil yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai sikap yang lebih dekat dengan ketakwaan.Sesuai firmanNya: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS al-Maaidah:8).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memberi petunjuk kepada orang yang sedang marah untuk melakukan sebab-sebab yang bisa meredakan kemarahan dan menahannya dengan izin Allah Ta’ala, yakni, berlindung kepada Allah dari godaan setan.

Dari Sulaiman bin Shurad beliau berkata: “(Ketika) aku sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada dua orang laki-laki yang sedang (bertengkar dan) saling mencela, salah seorang dari keduanya telah memerah wajahnya dan mengembang urat lehernya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang seandainya dia mengucapkannya maka niscaya akan hilang kemarahan yang dirasakannya. Seandainya dia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”, maka akan hilang kemarahan yang dirasakannya.”**/SS

x

Check Also

Kepemimpinan Itu Bukan Jalan Hidup Lelaki Biasa

Dalam alam demokrasi di Indonesia saat ini kepemimpinan erat kaitannya dengan politikus. karena jalur cepat ...