PEKANBARU – Pasar syariah dinilai memiliki ketahanan di tengah gejolak ekonomi global. Namun pertumbuhannya belum sebagus potensinya. Padahal, pembiayaan syariah sangat bagus dalam berbagai kondisi ekonomi. Hal ini dikatakan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau Yusri di Pekanbaru.
Menurut Yusri, pasar syariah sebenarnya tumbuh dengan baik karena lebih fokus pada ritel.
“Pasar syariah oke karena lebih banyak ritel. Dan kita mengarahkan syariah harus berbasis lebih banyak kepada ritel, karena ritel akan lebih kuat dan tentunya mencakup umat yang lebih banyak,” ucap Yusri.
Pasar ritel diketahui memiliki daya tahan baik, hal ini dibuktikan dari pertumbuhan kredit bank secara keseluruhan tumbuh sebesar 12,12 persen. Dan ditargetkan tumbuh 13 persen hingga akhir tahun. Pasar perbankan syariah diharapkan juga dapat memanfaatkan momentum ini.
Sementara itu, skema pembiayaan syariah juga dinilai tepat dalam memberikan manfaat lebih kepada masyarakat. “Syariah itu selalu tepat dalam kondisi apa saja. Karena mengandalkan moral, batin dan trust sehingga bisa memberikan benefit kepada masyarakat luas, jadi bukan hanya individu,” katanya.
Yusri menambahkan, upaya lain untuk menjaga agar industri keuangan syariah tidak terdampak oleh gejolak ekonomi global adalah dengan pendalaman pasar keuangan. Instrumen-instrumen keuangan syariah perlu diperbanyak.
“Yang harus kita lakukan adalah terus mendorong agar instrumen yang ada perlu diperbanyak, kemudian hal-hal yang bisa membuat islamic finance menarik harus ditingkatkan,” ujar Yusri.
Berdasarkan data OJK secara nasional, pembiayaan bank umum syariah sampai Juli 2018 tumbuh sekitar 4,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau sebesar Rp 7,53 triliun.
Adapun aset industri perbankan syariah sampai Juli 2018, sebesar Rp 443,03 triliun yang terdiri dari bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).***/zie