CAMILLA Leyland adalah seorang guru yoga terkenal. Ia mempunyai sanggar yoga terbesar di Cornwall, Inggeris dengan nama Camilla Yoga. Namun tak banyak yang tahu, dia adalah seorang Muslim. Ia memutuskan untuk menganut Islam pada usia 20-an.
Camilla besar dalam lingkungan kelas menengah Inggris. Ayahnya adalah pengarah Southampton Institute of Education dan ibunya ahli ekonomi. Camilla mulai tertarik pada Islam sejak sekolah menengah.
Menurut Camilla, pertama kali ia tertarik kepada Islam karena perbedaan pandangan Barat soal perlakuan Islam atas perempuan. Tidak seperti pandangan banyak orang, Islam justru mendudukkan perempuan setara dengan laki-laki, dalam fungsi dan tugas masing-masing.
Islam menempatkan perempuan sebagai mitra laki-laki dalam meraih ketakwaan. Tidak akan ada kehebatan seorang jenderal, intelektual, menteri, pejabat pemerintah, atau presiden sekalipun, tanpa keterlibatan seorang perempuan. Prinsip Islam yang demikian inilah yang akhirnya membawa Camilla memilih dan memeluk agama Islam.
Beda dengan pandangan Barat soal perlakuan Islam atas perempuan, ia justru tertarik untuk mempelajari Islam karena alasan ini. Menurutnya, tak seperti pandangan banyak orang di negara-negara Barat, Islam justru memosisikan kaum perempuan setara dengan laki-laki dalam fungsi dan tugas masing-masing.
Camilla tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan kelas menengah Inggris. Ayahnya adalah direktur Southampton Institute of Education dan ibunya seorang dosen ekonomi. Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam saat duduk di bangku sekolah menengah. Karena ketertarikannya terhadap Islam, Camilla kemudian mengambil gelar master di bidang studi Timur Tengah.
Camilla berharap bisa memadukan antara Islam dan yoga. Serta bisa menghargai setiap perbedaan dan memberikan nilai-nilai luhur hubungan antarsesama manusia. Juga, menghargai orang tua dan perempuan, sebagaimana ajaran Islam.
Selain karena perhargaan Islam atas perempuan, pencerahan agama mulia ini ia dapatkan dengan mempelajari Al-Quran, kendati melalui terjemahannya. Hidayah dan pencerahan itu ia rasakan saat tinggal dan bekerja di Suriah. Ia semakin tertarik pada Islam setelah membaca terjemahan Al-quran.
Kendati orang-orang di sekelilingnya memandang heran terhadap keputusannya ini, namun Camilla mantap menjadi Muslimah. Ia bahkan sempat mengenakan jilbab, meski kini dia memilih tampil tanpa jilbab. Namun, ia mengaku tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah untuk menunaikan shalat lima waktu.
Ia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya saat menghadiri pesta ulang tahun temannya di sebuah bar, saat itu ia tampil dengan jilbabnya.
”Saya berjalan, dengan jilbab dan pakaian rapat, meihat semua mata menatap saya dan beberapa tamu yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari di hadapan saya secara provokatif. Untuk pertama kalinya saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu,” paparnya.
Camilla juga merasa bersyukur menemukan Islam. Dengan keislaman yang disandangnya kini, ia merasa telah menjadi orang yang merdeka. “Saya bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya bahagia berdoa lima kali sehari, dan mengikuti pengajian di masjid. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak,” ujarnya.***/zie