“HAI orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum, tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS: Al-Hujuraat:6).
Ayat dalam Al-Quran ini membuktikan bahwa dalam Islam hoax atau berita bohong tidak dibenarkan. Karena itu kaum Muslimin diperintahkan untuk mengklarifikasi dan berhati-hati ketika ada berita yang datang kepadanya. Berita yang sampai pun harus disaring.
Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda: Perhatikanlah aku akan memberitahukan kepada kalian apa itu al `Adhu. Al Adhu adalah menggunjing dengan menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.
Di sisi lain, Nabi SAW pun melarang kita untuk berprasangka kepada orang lain, apalagi menghinanya. Rasulullah juga mengingatkan kita untuk tidak bermusuhan. Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata: Rasulullah SAW ber sabda: Jauhilah berprasangka karena sesungguhnya prasangka adalah pembicaraan yang paling dusta.
Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, jangan saling menyombongkan diri (dalam hal duniawi), jangan saling iri, saling membenci satu dengan yang lain dan saling berpaling muka satu dengan yang lain. Jadilah kalian para hamba Allah yang bersaudara. (HR al-Bu khari).
Sebagai Muslim, kita diperintahkan untuk tabayun atau mengklarifikasi setiap informasi yang diterima. Kisah tentang Tabayun atau verifikasi ada dalam Shahih al-Bukhari.
Diceritakan bahwa Umar ibn Khattab pernah memarahi Hisyam ibn Hakim yang membaca Surah al-Furqan dengan bacaan berbeda dari yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Umar. Setelah Hisyam menerangkan, Rasulullah sendiri yang mengajarkan bacaan itu.
Mereka berdua menghadap Rasulullah untuk meminta konfirmasi. Rasulullah membenarkan kedua sahabat beliau itu dan menjelaskan, Al-quran memang diturunkan Allah SWT dengan beberapa variasi bacaan.
Faqra’uu maa tayassara minhu, sabda Rasulullah SAW, maka bacalah mana yang engkau anggap mudah daripadanya. Apa yang dilakukan Umar dan Hisyam mendatangi Rasulullah untuk menanyakan langsung kepada sumber pertama disebut juga dengan tabayun alias klarifikasi.***