Sofyan Siroj yang juga Ketua DPD PKS Pekanbaru

Inilah Salah Satu Rahasia Kesuksesan

Oleh Sofyan Siroj Lc MM

Sudah dapat dipastikan, bahwa setiap orang ingin sukses. Ada yang ingin sukses dalam bekerja, sukses dalam membangun rumah tangga, sukses dalam berkarir, sukses dalam berbisnis, sukses dalam pendidikan dan sukses di berbagai bidang kehidupan.

Namun semudah itukah untuk sukses? Tentu jawabannya tidak. Faktanya, banyak yang bingung dan tak tahu harus memulai dari mana agar bisa mewujudkan satu kata itu, ‘sukses’.  Banyak yang menyangka bahwa untuk sukses harus memiliki modal? Harus memiliki relasi yang kuat, harus berpendidikan tinggi? Harus pintar bicara dan lainnya.

Fakta juga, tidak semua itu benar. Coba simak kata Chairul Tanjung Pemilik Trans Corp Media saat ditanya seorang peserta dalam sebuah bedah buku di Gramedia tahun 2012 lalu tentang kesuksesannya, dari mana ia memulai dan apa yang dilakukannya.

“Di mana-mana peran ibu menjadi kunci yang besar bagi hidup. Di agama yang saya anut, selalu mengedepankan peran ibu sangat penting. Pertama itu selalu ibu, yang kedua ibu, yang ketiga ibu. Baru yang keempat bapak. Peran ibu itu begitu luar biasa. (Oleh karena itu) yang masih memiliki ibu, memiliki orangtua. Jaga, rawat, hormati, jangan pernah sakiti hatinya. Kenapa? Ibu adalah “jimat” kesuksesan saya dan anda.

Tidak pernah ada orang sukses yang tidak hormat pada orangtuanya. Apalagi kepada ibunya. Karena ibu itu kalau berdoa, paling lempeng, paling cepat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, betul, ibu adalah kunci dari kesuksesan saya, dan anda!”

Sabtu, 10 November 2012, Toko Buku  Gramedia Surabaya.

Benar, sesungguhnya, untuk memulai membangun sebuah kesuksesan itu sangatlah sederhana, yakni memulai dari diri sendiri dalam hal ini sikap (attitude) kita terhadap orang terdekat yakni Ibu dan Bapak kita. Bisa dipastikan, bahwa para tokoh, pengusaha, profesional, alim ulama dan orang – orang ‘besar’ nan sukses memiliki satu sikap ini, memuliakan kedua orang tuanya teristimewa sang ibu.

Benar, seolah-olah kata Sukses tak bisa lepas dari kata Ibu. Ya, kata sukses melekat dengan kata ibu. Hampir bisa dipastikan semua agama juga sependapat dengan hal ini. Bagaimana Nabi Isa AS menghormati ibundanya Maryam, bagaimana Nabi Muhammas SAW mencintai dan menghormati Ibundanya Aminah, dan bahkan setiap ibu yang ditemuinya tak lepas dari perhatian dan kasih sayangnya.

Jika kata Sukses melekat dengan kata Ibu, lantas apa yang menyebabkan hal itu sehingga langkah pertama untuk memulai kesuksesaan apapun dimulai dari seorang ibu!

Mari kita simak ayat Luqman (14) ini:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-Bapaknya (al walidain); ibunya (al umm) yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah.”(QS. Luqman: 14)

Itulah Ibu, dialah sumber kasih sayang, mengasuh dan memberi tanpa batas. Dialah prajurit malam yang selalu berjaga dan terjaga. Menemani ketidak berdayaan kita. Dia selalu mendahulukan anaknya dari dirinya sendiri, mencintai tanpa menuntut balas.

Ibu, sebuah kata yang jujur nan kuat, diucapkan semua makhluk hidup dalam bahasanya masing – masing. Dengan kata ‘ibu’ para makhluk itu mendapatkan kasih sayang, ketulusan hati, kehangatan, pengorbanan, cinta yang agung, yang dicipta dan ditumbuhkan Allah dalam diri semua ibu terhadap anak-anaknya. Karena itu, Allah swt berwasiat kepada manusia untuk taat kepadanya, seperti juga Rasul-Nya telah berpesan agar kita senantiasa berbakti kepadanya.

Ada dua kata yang selalu dipakai Al Qur’an untuk menyebutkan ibu: “Umm” dan kata “walidah”. Kata“umm”, digunakan Al Qur’an untuk menyebutkan sumber yang baik dan suci untuk segalahal yang besar dan penting. Maka Makkah Al Mukarramah disebut “ummul Qura” karena kota ini adalah tempat turunnya risalah yang diberikan Allah azzawajalla kepada Islam, yang merupakan inti ajaran para Rasul dan semua risalah.

Allah juga menyebut kata “Umm” untuk sesuatu yang menghimpun ilmu-Nya, yaitu pada lafaz “UmmulKitab”.  Allah berfirman:

“Allah menghapus apa yang Ia kehendaki menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi –Nyalahterdapat Ummul Kitab (LauhMahfuzh).”(QS. ArRa’d: 39).

Pada kerangka inilah, Al Qur’an kemudian membedakan antara kata “Umm” dan“walidah”, dimana Allah menyebut ”walidah” kepada perempuan yang melahirkan anak, tanpa melihat karakter dan sifatnya yang baik atau yang buruk. Karena ternyata ada juga segelintir ibu yang tidak punya hati terhadap anaknya. Kata “walidah” digunakan hanya karena proses melahirkan, baik bagi manusia maupun makhluk lain, dengan keadaan – keadaan yang menyertainya, hamil dan menyusui, seperti firman Allah swt,

“Para ibu hendaklah menyusukan anak anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang inginmenyempurnakan penyusuan.”(QS. Al Baqarah:233).

Ibu yang dibahasakan “walidah” inilah tempat menumpahkan segala bakti, pemuliaan, tanpa membedakan apakah ia baik atau tidak.  Allah swtberfirman,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamuberbuat baik pada Ibu Bapakmu (al walidain) dengan sebaik baiknya.”

(QS. Al  Isra’:23)

Adapun “Umm” seperti telah disebutkan diatas, Al Qur’an menggunakannya untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi sumber kemuliaan, merupakan symbol pengorbanan, penebusan, kesucian, kejernihan, cinta dan kasih sayang. Sumber yang menjadikan seseorang tumbuh menjadi manusia terhormat, menemukan kemuliaan, dan bangga menisbahkan dirinya kepada ibu yang melahirkannya. Mari kita perhatikan perbedaan itu ketika Isa alaihissalam bicara soal kewajiban berbakti dan menghormati ibu, dimana Allah swt berfirman,

“Dan berbakti kepada ibuku (walidati), dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagicelaka.”(QS. Maryam:32)

Namun ketika Al Qur’an mengisahkan tentang Isa as dan tentang karakter dan sifat ibunya yang mulia itu, ia menggunakan kata “umm” Allah berfirman,

“Al Masihputra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberaparasul, dan ibunya (ummuhu) seorang yang sangat benar.”(QS. Al Maidah: 75)

Pun ketika Al Qur’an hendak menarik perhatian anak – anak agar memperhatikan ibu yang telah melahirkannya dengan segala kendala dan kesulitan, Al Qur’an menggunakan kata “umm”. Karena dari ibu, memancarkan cahaya kesabaran dan kemuliaan pada hari kiamat, sehingga kita diperintahkan untuk memuliakannya di dunia dengan pemuliaan yang mutlak dan tanpa batas.

Inilah sebagian yang menyebabkan Kesuksesan melekat pada Ibu. Siapapun yang ingin memulai kesuksesan dalam hal apapun, dalam bidang apapun, dalam aspek kehidupan apapun, maka mulailah dari Ibu. Hormati, muliakan, penuhi hak –  hak Ibu dan berbaktilah hingga akhir hayat kepada ibu, baik yang masih ada maupun yang telah tiada, karena berbakti kepada ibu tidak hanya sebatas semasa ibu masih ada.

Dihari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember ini, maka sepantas dan seharusnya kita memanfaatkan momentum yang luar biasa ini. Jika kita salah dalam memulai langkah dimana terabaikannya Ibu, maka saat ini jua kita harus memperbaikinya agar kelak tiada penyesalan. Jika kita sudah memulainya, maka ada baiknya kita koreksi ulang, karena bisa jadi kemuliaan yang mesti kita berikan kepada ibu masih belum sebagaimana mestinya. Wallahualam. (Penulis adalah Sofyan Siroj Lc MMDirektur Qolbu Re-Engineering)

x

Check Also

Kepemimpinan Itu Bukan Jalan Hidup Lelaki Biasa

Dalam alam demokrasi di Indonesia saat ini kepemimpinan erat kaitannya dengan politikus. karena jalur cepat ...