JIKA merujuk kepada al-Qur’an, ada sebuah kisah keluarga yang sangat menakjubkan, terutama untuk kaum Ayah. Kesabaran seorang nabiyullah yang bernama Ya’qub ‘Alaihissalam dalam menghadapi berbagai macam tingkah polah anak-anaknya yang luar biasa, patut diteladani.
Nabi Ya’qub tetap sabar bahkan kesabarannya super ekstra dalam menghadapi anak-anaknya yang telah merekayasa kebohongan terhadap ayahnya sendiri. Mereka telah merenggut anak kesayangannya yaitu Yusuf. Kemudian mereka mengatakan kepada ayahnya kalau Yusuf telah meninggal dimakan serigala tatkala asik bermain.
Padahal, mereka telah membuang Yusuf ke dalam sebuah sumur. Nah, ketika saudara-saudara Yusuf datang menghadap ayahnya, apakah yang dikatakan Nabi Ya’qub kepada mereka? Ternyata ia tidak mengucapkan satu kalimat pun, melainkan satu ucapan sebagaimana dalam ayat berikut:
“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”. (Qs. Yusuf ayat: 18).
Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam tidak mengatakan kepada anak-anaknya, “Keluarlah, pergilah dan jangan pernah kembali lagi. Aku tidak ingin lagi melihat wajah kalian”. Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam hanya mengatakan, “Fashabtun jamil” (Maka kesabaran yang baik itulah kesabaran).
Inilah konsep pendidikan Islam, yang sejatinya seorang Ayah berpegang teguh dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dengan sabar, dengan lembut, bukan dengan cacian dan makian yang tidak berguna. ***/zie/int