PALU – Pasca bencana gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi tengah serta memporak porandakan kehidupan, termasuk bangunan rumah dan masjid, umat Islam di Kota Palu mulai kembali bangkit dari rasa trauma. Mereka kembali menjalani shalat berjamaah di masjid.
Meski pun sarana ibadah seperti masjid banyak yang rusak, salah satunya Masjid Baiturrahman yang berlokasi di Palu Grandmall, Kota Palu, yang dekat dengan pantai. Saat bencana terjadi pada 28 September 2018, kubah masjid tersebut yang berwarna hijau roboh dan menimpa sejumlah jamaah yang akan melaksanakan shalat Maghrib.
Akibatnya, banyak jamaah masjid meninggal dunia. Kondisi tersebut menyebabkan trauma bagi sebagian warga. Hal ini juga dirasakan oleh umat Islam yang ingin beribadah ke masjid untuk shalat berjamaah.
“Tetapi, saat ini warga mulai bangkit kembali untuk shalat berjamaah di masjid,” ujar pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Baiturrahman H Hasman.
Menurut Hasman, sebelum terjadi gempa, masjid tersebut sering kali dipadati jamaah. Mereka berasal dari warga sekitar maupun pengunjung pusat perbelanjaan atau pengguna jalan yang melintas.
Hasman mengatakan, bencana gempa bumi memang memberikan dampak besar pada masjid karena sebagian besar bangunan rusak. Namun, warga berinisiatif secara swadaya membangun atap sementara di lokasi masjid yang rusak.
Kini aktivitas shalat berjamaah pun kembali dipadati jamaah. Bahkan, kata dia, sudah dua kali warga bisa menggelar shalat Jumat di masjid tersebut.
Imam Masjid Baiturrahman Kota Palu M Dedi Asy’ari mengatakan, gempa dan tsunami menyebabkan bangunan masjid rusak dan memerlukan perbaikan dengan dana yang cukup besar.
”Namun, dalam kondisi darurat seperti saat ini, masjid masih bisa digunakan untuk beribadah,” ujarnya lagi.
Dedi menerangkan, ia sering kali mengajak warga untuk kembali melakukan shalat berjamaah di masjid. Ajakan ini pun mulai direspons warga dengan banyaknya jamaah untuk menjalankan ibadah di masjid.
Upaya memakmurkan masjid dilakukan Masjid Darun Naim di Petobo, Kota Palu. Lokasi masjid tidak terlalu jauh dari bencana likuefaksi yang menyebabkan banyak korban jiwa.
“Kami merasa bersyukur karena masjid masih berdiri kokoh dan tidak terdampak bencana,” ujar Sirojudin, salah seorang takmir Masjid Darun Naim Petobo. Padahal, sekitar lokasi masjid, termasuk pagar masjid, ikut roboh karena gempa.
Meski begitu, kaca tipis yang berada di dalam masjid tetap berada di posisinya. Ia mengatakan, pada saat terjadi likuefaksi, ada suara gemuruh dan teriakan warga meminta tolong. Selain itu, ada warga yang berlari ke arah masjid yang kemudian diberikan air minum.**/rol