Sesungguhnya dalam bertauhid pembahasan tentang hati merupakan agenda utama. Tujuannya agar bisa menghubungkan diri kepada Allah. Untuk itu perlu penyelarasan dari ilmu tauhid dan syariat yang sebelumnya (oleh kebanyakan orang) telah dipelajari.
“Man ‘Arofa Nafsahu faqod ‘Arofa Rabbahu”, dimana maksudnya ialah “Barangsiapa mengenal dirinya (nafsahu) maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Begitulah pentingnya kita mengenal diri, karena pengenalan terhadap diri merupakan syarat mutlak untuk dapat mengenal Allah yang merupakan awalnya beragama.
Salah satu sahabat yang kualitas Hatinya didik langsung oleh baginda Rasulullah SAW, Imam Ali r.a. mengatakan, “Awwaluddin Ma’rifatullah”, yakni “Awal dari agama adalah mengenal Allah”.
Kalimat sepenggal tersebut sangat jelas, singkat, padat dan memiliki makna yang sangat dalam. Kalimat tersebut menegaskan bahwa sangatlah penting kita mengenal (menguasai, menjaga) hati kita. Bukan saja mengenal bumi, matahari, langit, bintang, jagat raya atau alam semesta beserta isinya. Bukan saja mengenal ciptaan Allah tetapi mengenal Yang menciptakan. Inilah Hakekatnya. Bukan saja mengenal tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi Yang memiliki tanda tersebut.
Kaitannya, untuk mengenal Allah maka sejogjanya kita harus mengenal diri (An-Nafs) terlebih dahulu. Dari sini akan dapat diketahui esensi diri yang sebenarnya dan merupakan awal dari seseorang beragama dengan haq. Pengenalan kepada diri merupakan kunci untuk mengenal Tuhan, bahkan tujuan pengetahuan itu sendiri adalah untuk mengenal diri.
Secara sederhananya, kita dapat melihat Hati seseorang dari apa yang tampak, meskipun ini tidak mutlak. Mengapa, karena diri manusia dapat dilihat secara inderawi dengan perilaku dan perangainya. Dari seseorang berperilaku, seseorang berperangai, merupakan cerminan dari hatinya. Sehingga untuk mengenal diri kita, kita harus memulainya dengan mengenal hati (qalb).
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal darah (hati), apabila hati itu baik maka baik pula seluruh diri dan amal perbutan manusia dan apabila hati itu rusak, maka rusaklah seluruh diri (amal perbuatan manusia tersebut). Ingatlah, ia adalah hati.” (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Nu’man Ibn Basyir ra).
Meskipun tidak seorangpun yang mengetahui isi hati orang lain kecuali Allah SWT dan dirinya sendiri, sesungguhnya Hati yang bersih mempunyai tanda-tanda yang nampak dizhahirnya. Sebab hati yang baik dan suci akan melahirkan amal ibadah yang shaleh dan tindak tanduk yang baik.
Tanda-tanda hati yang suci sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an bisa disebutkan diantaranya, tentram apabila ia berzikir kepada Allah. Tidak itu saja, seseorang yang mengenal Hatinya dengan sangat baik, maka kecendrungan akan gemetar hatinya bila ingat kepada Allah. Ia takut dan sekaligus berharap kepada sang pemilik Hati.
Seperti dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an surat AL-ANFAL: 2, yang berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal.”
dan Surat AL-HAJJ: 34-35, yang berbunyi: “…Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.”
Seseorang yang mengenal dan menjaga Hatinya ia akan selalu berkompetisi dalam kebaikan, dan senantiasa mengagungkan syiar-syiar Islam. Dikarenakan Hatinya selalu ia upayakan terjaga, maka ia tidak dengki kepada saudaranya, tidak mengharapkan balasan bila berbuat kebaikan, dan terus mengupayakan keimanannya agar terus meningkat.
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)…”
Maka dengan hatilah, seseorang dapat merasakan iman, dengan hatilah seorang hamba dapat mengenal Rabb-nya. Wallahualam.